BAPAK KOST
Entah benar atau salah kata kost yang digunakan sebagai kata
untuk menamai sebuah rumah yang terdiri dari kamar-kamar yang dapat disewa
harian atau bulanan. Karena kenyataannya hampir semua rumah yang difungsikan
seperti itu mencantumkan label kost di depan atau dibelakang nama sebenarnya.
MIsalnya Qatari kost, kost hiaju dsb.
Qatari kost merupakan nama yang diberikan oleh menantuku
untuk tempat kost yang dibangunnya. Rumah bertingkat tiga yang terletak di
jalan Ance Dg Ngoyo Lorong V no. 18 Panakkukang Makassar yang berbentuk U dengan
enam kamar di setiap tingkat. Tempat kost ini dia beri nama Qatari kost karena
dana pembangunannya mayoritas bersumber dari tabungan gaji suaminya selama bekerja di sebuah perusahaan minyak di
Negara Qatar. Sebenarnya dia ingin memberikan nama dengan nama anak tertuanya
si Aqilah misalnya dengan nama Aqilah kost tetapi dia terlanjur trauma dengan
beberapa tempat usaha di kampungnya di Kabupaten Barru yang diberi nama sesuai
nama anak si pemilik ternyata anak itu tidak berumur panjang. Misalnya ada
apotik yang diberi nama Apotik Sabri, Wisma Tompo yang ternyata si Sabri dan si
Tompo cepat dipanggil yang maha kuasa alias meninggal dunia. Apalagi si Sabri
dan si Tompo merupakan teman yang tinggal bertetangga dengan menantuku itu.
Entah betul ada hubungannya antara nama tempat usaha dengan meninggalnya orang
yang dipakai namanya atau tidak wallahu alam, hal ini juga dianjurkan oleh besanku
( ayah menantuku ) almarhum yang pernah melarang anaknya ketika memantuku itu
ingin menamakan kios penjualan pakaiannya di mall PTC ( Pulo gadung Trade
Center ) dengan nama Aqilah collection.
Yang ingin kuceritakan disini bukanlah gedung Qatari kost yang
diberi cat yang berwarna-warni itu tetapi tugas baru yang kulakoni di Qatari kost
sebagai bapak kost. Bapak kost adalah seorang laki-laki yang diberi tugas
menjaga tempat kost serta mengelola dan mempertanggung jawabkan keadaan para
penghuni yang menginap di tempat kost itu. Kalau perempuan yang diberi tugas
seperti itu diberi nama ibu kost. Aku sebenarnya kurang berminat untuk
pekerjaan seperti ini tetapi karena tidak ada orang lain lagi yang bisa
diharapkan maka aku mau menerimanya. Kasihan
juga kalau asset yang dibangun dengan susah payah ini tidak terurus . Anak dan
menantuku sebagai pemilik tidak bisa mengurus sendiri karena harus melanjutkan
pekerjaannya di luar negeri ( sekarang di Muscat Oman ). Sebenarnya kakak dari
menantuku bersama anaknya yang sudah beranjak dewasa sudah diberi tugas di
Qatari kost, tetapi karena kakaknya seorang polisi yang masih aktif dan anaknya
adalah seorang mahasiswa maka keduanya tidak bisa selalu berada di tempat kost.
Yah aku sebagai pensiunan PNS yang tidak punya lagi jam kerja khusus merupakan
orang yang dinilai paling cocok. Hitung-hitung bisa dipakai sebagai tempat untuk
menghabiskan waktu yang lebih baik dibandingkan dengan harus tinggal sendiri di
rumah di kawasan Daya kota Makassar. Aku memutuskan menerima tugas ini apalagi
setiap bulan anakku itu memberikan sejumlah dana kepadaku sebagai penambah dana
pensiunan, disamping sebagai pengganti dana pinjaman yang setiap bulan dipotong
oleh bank sebagai pembayaran pinjaman yang kuambil beberapa tahun yang lalu untuk
tambahan biayai pengobatan isteriku di tanah China. Mudah-mudahan usaha ini
bisa berkembang dan dapat menggaji beberapa tenaga yang lebih khusus untuk yang
dapat menjalankan Qatari Kost ini.
Kali pertama aku di Qatari kost sudah ada beberapa penghuni
yang telah masuk lebih dahulu melalui menantuku masing-masing di kamar 7 yakni
Mas Fariz, di kamar 8 Hj.Ani, kamar 9 Sukma dan
kamar 12 Mbak Eka. Aku mulai menerima tanggung jawab sebagai pengelola
kost atau bahasa kerennya bapak kost pada tanggal 31 Agustus 2013 setelah
mengantar anakku sekeluarga ke Sultan Hasanuddin air port yang selanjutnya kembali
ke Muscat Oman.
Aku mulai menceritakan penghuni-penghuni tersebut sbb :
Mas Pariz penghni kamar 7 :
Seorang pengusaha yang berasal dari kota Surabaya,
kelihatannya selalu sibuk. Dia selalu dijemput oleh temannya ( kelihatannya
seperti anak buahnya ) setiap hari menuju ke tempatnya bekerja. Beberapa kali
dijemput dengan mobil kijang ( kadang-kadang mobil ini di parkir di kost ) atau
dengan membonceng sepeda motor. Potongan badannya sedang-sedang saja tidak
terlalu tinggi dan juga tidak terlalu gemuk. Pakaiannya selalu rapih dan rajin
sekali mencuci pakaian, tempat jemuran yang dia beli sendiri di lantai 2
kelihatan selalu penuh. Selain dijemput dia juga membeli sepeda motor baru yang
selalu di parkir saja hanya sekali-sekali dia pakai sendiri atau meminta
anak-anak di kost untuk membonceng apalagi kalau malam minggu. Dia kelihatan
seperti anak mami, yang mungkin selalu dimanja oleh orang tuanya. Motor yang
dibelinya sudah pernah diganti mungkin karena tidak puas atau mungkin karena
ada kerusakan. Apalagi karena motor itu masih dalam masa garansi. Disamping
membawa tv sendiri dia juga menyiapkan kulkas di kamarnya. Setoran pembayaran
bulan pertama 1,3 juta rupiah dibayar langsung kepada menantu saya. Pembayaran
bulan kedua dia bayar 1 juta dulu dan berjanji hari rabu berikutnya, tetapi
sampai hari kamis belum juga dibayarnya ( kok bos begitu ya ). Alhamdulillah
Kamis sore dia sudah datang membayar utang malah dibayarnya 400.000 rupiah berarti lebih dari
yang seharusnya. Beberapa hari kemudian kelebihan dana dikembalikan 50.000,-
sesuai pertimbangan menantuku dengan harapan ybs akan tinggal agak lama di kost.
Hj. Ani penghuni kamar 8
Dia masuk ke kost pada suatu sore setelah beberapa kali
menghubungi menantuku untuk menanyakan apakah kamar kost sudah bisa ditempati atau
belum, karena dia berniat untuk menginap. Alasannya dia sedang marahan dengan
suaminya yang seorang anggota polisi, dia ingin menenangkan diri, dia
menyisakan sewa kamar 400 ribu rupiah yang berjanji akan dilunasi beberapa hari
berikutnya. Kehadirannya di kost cukup mengganggu karena kadang-kadang tengah malam dia pulang dengan ditemani seorang
laki-laki yang entah suaminya entah orang lain. Beberapa kali dia didatangi
oleh temannya yang berpasangan ( laki-laki dan
perempuan ) dan dia sengaja meninggalkan keduanya dalam kamar. Beberapa
kali keadaan ini berulang yang cukup mengganggu ketenangan kost yang salah satu
point tata tertibnya melarang keras pasangan laki-laki dan perempuan yang bukan
muhrim untuk berdua dalam dalam kamar. Tertera dengan jelas dalam tata tertib yang
dipajang pada setiap kamar atau
tempat-tempat strategis lain yang intinya tamu-tamu berlawanan jenis yang ingin menginap harus memperlihatkan surat
nikah atau bukti lain yang menunjukkan mereka merupakan suami steri. Ada juga point
tata tertib yang menegaskan bahwa tidak menerima tamu yang berprofesi sebagai
pekerja malam atau psk dan sejenisnya
untuk menginap. Tetapi bagaimana menegurnya yah apalagi mereka biasanya
datang disaat malam telah larut. Sungguh
sesuatu yang sulit diatasi karena setiap
penghuni kamar diberi kunci agar bisa masuk bangunan kost walaupun gerbang
masuk kost sedang terkunci. Maklumlah belum ada penjaga malam khusus. Untunglah
lima hari sebelum kontrak kamarnya berakhir dia menghilang dari kost dan tidak
kembali lagi. Hanya pemberitahuan lewat
telepon oleh seorang temannya bahwa dia sudah kembai ke rumah suaminya dan
mempersilahkan kami untuk menyewakan kamar no.8 kepada orang lain dan meminta
agar utangnya tidak perlu di tagih lagi, impas dengan sisa hari yang dia
tinggalkan.. Tetapi hal itu kan tidak sesuai aturan sewa menyewa yang berlaku
sehingga aku menolaknya. Dia pergi
begitu saja dengan membawa pintu kamar dan kunci pintu gerbang kost
meninggalkan berang-barangnya berupa sebuah dispenser, sebuah tempat minyak
wangi yang menempel di tembok, pakaian tua yang cukup banyak jumlahnya dan sebuah
rak-rak kayu. Utangnya masih 400 ribu lagi. Ketika kamar no.8 dibersihkan
terlihat bercak-bercak bekas darah atau cairan lain melengket di seprei tempat
tidur.
Sukma penghuni kamar 9
Orang ini membayar sewa kost untuk adik-adiknya sebanyak
sejuta dengan perjanjian tidak memerlukan ac. Itulah sebabnya mereka tidak
diberi remote controle ac. Tetapi secara sembunyi-sembunyi adiknya juga memakai
ac dengan cara manual sehingga dia tetap dihitung memakai ac dengan memberikan
remote controle dan diharuskan menambah 200 ribu. Mereka menyetujui hal itu dan
berjanji melunasi bulan ini. Adik-adiknya itu terdiri dari 3 orang mahasiswa
laki-laki yang punya banyak teman. Setiap malam temannya bergantian datang
walaupun tengah malam. Kadang-kadang datang di awal malam dan pulang menjelang
subuh. Di kesempatan lain datang tengah malam dan berteriak-teriak meminta
kunci dari bawah ( kamar 9 berada di lantai 2 ) dan di sambut
oleh adik si Sukma ini dengan berlari-lari di gang lantai 2 untuk melemparkan
kunci gembok pintu utama, yang cukup mengganggu penghuni lain. Padahal salah satu point tata tertib kost ialah
para tamu dilarang melaksanakan aktifitas yang dapat mengganggu penghuni lain
dengan membunyikan radio, tv dan bergurau secara berlebihan. Mereka sudah
pernah ditegur tetapi kelihatannya tidak dihiraukan karena selalu diulang lagi.
Dua hari sebelum kontrak berakhir mereka
meninggalkan kost dengan alasan
sudah ada rumah sendiri tetapi kunci kamar dan kunci gembok pintu utama tidak di stor kembali. Mereka hilang bersama
utang 200 ribu rupiah.
Mbak Eka penghuni
kamar no.12
Dia nginap bersama serorang kemenakannya yang juga perempuan. Setiap hari mereka keluar dengan
tujuan berbeda. Mbak Eka sendiri bekerja di salah satu laboratorium Prodia yang
sudah berskala nasional, sedang kemenakannya bersekolah di salah satu Sekolah
lanjutan atas di Makassar. Mereka termasuk penghuni yang cukup patuh kepada
tata tertib kost dengan tidak pernah keluar sampai larut malam atau menerima
tamu yang berlainan jenis di kamar. Pernah juga mereka menerima tamu yang
menurut dia adalah orang tuanya dari daerah tetapi dia menyewa kamar no.10
selama dua hari untuk mereka. Kontraknya akan berakhir seiring berakhirnya
bulan September. Mudah-mudahan dia masih memperpanjang kontraknya. Syukurlah
ternyata tanggal 30 september dia sudah membayar sewa untu bulan ke-2.
Ardi Syarif penghuni kamar no.11
Dia menginap bersama isteri dan anaknya yang masih bayi.
Mereka tinggal hanya untuk 2 hari dengan mebayar 300 ribu rupiah.
Nur Pratiwi penghuni kamar no.11
Setelah pak Ardi Syarif keluar maka kamar 11 dihuni lagi oleh
seorang tamu wanita yang sewa kamarnya di bayar oleh seorang laki-laki yang
mengaku bernama Reski. Pertamanya yang datang adalah pak Reski yang
kelihatannya masih cukup muda dan parlente dengan mengendarai sebuah mobil
avanza yang berwarna hitam. Dari bajunya yang berwarna agak ungu kuduga dia
adalah pegawai kejaksaan Dia membayar Rp
1.200.000,- untuk sewa kamar sebulan . Ternyata yang akan tinggal adalah
temannya seorang wanita yang foto KTP nya memakai jilbab yang mengesankan
seorang muslimah sejati. Ternyata penampilan dalam KTP tidak sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Perempuan yang akan tinggal itu rambutnya panjang terurai yang disemir tipis warna
kepirangan dan kelihatan sedikit gemuk dbanding perempuan yang ada di KTP. Aku
tidak terlalu yakin bahwa KTP yang
disodorkan itu adalah Id card yang cocok tetapi mungkin saja yaa siapa tahu
karena yang di KTP itu pakai jilbab sedang perempuan yang didepanku tidak memakai
jilbab.
Malam berikutnya sudah ada masalah. Pak Reski itu datang
bertamu ke kamar no.11 dan menutup pintunya dari dalam. Hal itu mengundang
protes dari anak-anak muda yang tinggal di kamar no.9 bereaksi marah karena ybs
pernah ditegur atas pelanggaran salah
satu point tata tertib sedang di depan matanya ketika itu terjadi pelanggaran
tata tertib dan mempertanyakan hal itu kepadaku. Aku yakin belum sempat terjadi
sesuatu dalam kamar itu karena tidak berselang lama pak Reski sudah keluar
kamar dan berjalan menuju mobilnya. Aku sempat menyampaikan kepadanya tentang pelanggaran tata tertib itu
dengan menambahkan kalau ingin bertamu lagi ke kamar 11 supaya bertamu di luar
kamar saja atau membuka lebar-lebar daun pintu dan jendela kamar agar tidak menimbulkan fitnah.
Aku menambahkan bahwa kalau mereka di
pergoki berdua di kamar oleh Polisi atau petugas lain maka berakibat izin usaha
Qatari kost akan dicabut berdasar Perda Rumah Kost yang dikeluarkan oleh Pemda.
Dia mengiyakan dan berlalu.
Rupanya apa yang dia iyakan itu kembali dilanggar beberapa
hari kemudian. Sekitar tengah hari dia datang lagi bertamu ke kamar
no.11.Awalnya dia membiarkan pintu sedikit terbuka tetapi kemudian kembali
menutup pintu kamar, mungkin disangkanya keadaan agak sunyi karena kala itu
hari dan jam kerja, dia tidak tahu bahwa keadaan itu diamati oleh dua orang
yaitu aku di lantai 1 dan kakak lelaki
menantuku yang sedang mengecat di lantai 3. Kakak lelaki dari menantuku itu
adalah seorang polisi yang kebetulan lepas jaga dan sedang membenahi
kamar-kamar di lantai 3 yang belum selesai ( maklum dia penanggung jawab fisik
kost ). Saat kedua insan berlainan jenis itu sudah ingin memulai aksinya lebih
jauh pintu diketuk dari luar. Pintu segera dibuka oleh si lelaki dan
kelihatanlah perempuan itu masih sedang membenahi kancing bajunya yang sudah
terbuka. Si lelaki segera disuruh keluar kamar dan juga si perempuan diberikan
peringatan untuk tidak berbuat asusila di kost ini, dengan menambahkan bahwa
kalau dia tidak bisa menaati tata tertib supaya keluar saja dari Qatari kost.
Rupanya perempuan itu tidak betah tinggal berlama-lama lagi
karena esoknya dia sudah mengembalikan kunci kamar no. 11 dengan perantaraan 2
orang teman wanitanya.
Yulis setya arditama penghuni kamar no.2
Pak Yulis menelpon ke nomor Hp ku untuk menanyakan peri hal
Qatari kost termasuk tarif yang berlaku . informasi awal diperoleh lewat web site Toko bagus.com. Menurut KTP
dia berasal dari Tangerang Banten. Dia menginap bersama seorang teman. Yang diurus
adalah pabrik bata ringan yang ukurannya lebih besar dari batako biasa.
Dengan mobil pick up ukuran sedang mereka setiap hari ke daerah Maros lokasi
pabrik yang didirikannya. Kelihatannya mereka cepat akrab dengan anak-anak yang
tinggal di kost. Mereka meninggalkan kost sekitar jam 8 pagi dan kembali
sekitar jam 5 sore. Kadang-kadang juga mereka baru tiba di kost sehabis magrib.
Beberapa kali mereka mempromosikan batu bata yang dibuatnya dengan segala
kelebiah yang dimiliki. Mereka mengatakan bahwa bangunan kost yang bertingkat 3
ini masih bisa dinaikkan 2 tingkat lagi kalau memakai bata buatan mereka. Bata
itu terbuat dari semen dan bahan serbuk yang ringan. Syukurlah penghuni kamar
no.2 ini termasuk tamu yang baik-baik saja.
Agus Suryandi penghuni kamar no.8
Kamar no.8 termasuk kamar yang mudah jodohnya terbukti baru
sehari barang-barang Hj.Ani di amankan di kamar dapur di lantai 1 sudah ada
lagi yang menempatinya.. Namanya Agus Suryandi beralamat Bekasi jawa Barat yang
berkunjung ke Makassar sebagai petugas PT Garuda Food. Sebelum berangkat ke
Makassar dia juga sudah menelpon untuk menanyakan alamat Qatari Kost dan
berbagai hal termasuk tarif yang diberlakukan. Dia menanyakan tarif itu karena
dia kemungkinan tidak sampai sebulan menginap nantinya. Tetapi aku menjawab
bahwa kalau dihitung harian akan lebih mahal karena tarif sehari 100 ribu
sampai 150 ribu padahal kalau sebulan hanya 1,2 juta rupiah. Orangnya masih muda usianya tidak berbeda
jauh dengan anakku yang tertua yang punjya kost ini. Dia pertama membayar hanya
500 ribu rupiah dengan alasan belum punya cukup uang sesuai tarif yakni 1.2
juta dan berjanji melunasinya setelah mengambil dari ATM. Aku menunggu
pembayaran tambahannya tetapi sampai hari ke 12 belum juga dibayarnya. Sempat
juga aku was-was siapa tahu dia berniat kurang baik Alhamdulillah [ada hari ke
13 dia sudah datang membayarnya dengan
meminta kwitansi atas nama kantornya dan meminta untuk tidak lupa membubuhkan
stempel.
Nuraini S.Ag penghuni kamar no.3
Dia datang dengan mobil Ford sedan warna hitam bersama isteri
dan dua orang anaknya yang masih kecil-kecil. Ketika diminta Id Card, yang
disodorkan adalah KTP sang isteri yang
bernama Nuraini S.Ag. Menurut keterangannya rumahnya yang terletak di sebuah
kompleks perumahan sedang dipugar sehingga mereka harus mencari tempat tinggal
sementara. Pertama kali dia datang dia sudah membayar sewa kamar untuk sebulan
kemudian mereka pergi berlibur dua hari di kota Malino. Selanjutnya mereka
tinggal di kamar kost kadang-kadang hanya di malam hari saja karena siang hari
mereka harus bekerja suami isteri. Kedua anaknya pada jam kerja dijaga oleh
seorang anak perempuan yang mungkin adik dari isterinya.
Kehadiran keluarga ini membuat suasana di Qatari kost agak
semarak dengan suara-suara dan tingkah laku anak kecil yang cukup menghibur.
Muhammad Ibrahim Alfayed penghuni kamar no.5
Penampilannya agak nyentrik dengan kacamata hitam yang agak
lebar, bercelana Levis dan memakai baju kaos oblong putih. Ketika mendaftar
yang diberikan sebagai Id card adalah Surat NPWP. Dengan sengaja
dipertontonkannya beberapa Kartu ATM dan kartu Kredit yang berjejer memenuhi
dompetnya. Kalau memperhatikan alamat yang tertera di id cardnya dia beralamat
di Makassar juga. Dia menyampaikan bahwa sebenarnya ada kost yang sudah dilihatnya
sebelum ke Qatari kost yang tarifnya lebih murah tetapi terlalu banyak wanita
yang berkeliaran sehingga dia tidak jadi menginap disitu. Dia beralasan takut
disangka yang bukan-bukan oleh isterinya kalau tiba-tiba datang berkunjung. Dia
juga menanyakan tentang pintu pagar apakah bisa bebas keluar masuk walaupun
tengah malam karena tugasnya kadang-kadang mengharuskan untuk pulang atau pergi
tengah malam. Pernah katanya dia harus ke Pomalaa untuk memburu seseorang. Dari
pembicaraannya aku menduga dia seorang petugas intel dari Kodam. Hampir setiap
subuh ketika aku menuju ke mesjid untuk shalat. Pak Ibrahim juga membuka pintu
kamarnya meminta aku menjalankan pompa karena air di kamar mandinya tidak jalan
padahal dia juga akan shalat subuh. Syukurlah setiap pompa air dihidupkan otomatis air di kamar mandinya juga sudah
mengucur.
Memang konstruksi saluran air di Qatari kost kurang baik
karena terjadi ketidak seimbangan distribusi air antara kamar-kamar yang
terletak di bagian kiri dan bagian kanan. Bagian kiri biasanya tidak ada
masalah tetapi yang bagian kanan kadang-kadang air tidak keluar kalau pompa air
tidak dinyalakan.
Mudah-mudahan gangguan air tidak terjadi, apalagi sekarang
ini musim kemarau panjang sedang berlangsung.
Disamping kisah penghuni-penghuni kamar yang resmi menginap
ada juga beberapa tamu yang berkunjung guna melihat-lihat kamar.
Kebanyakan mereka menanyakan apakah kost
ini penghuninya bisa bebas keluar atau masuk apalagi beberapa mereka itu adalah
perempuan yang katanya biasa bekerja sampai jam 3 subuh. Namun setelah
mendapatkan penjelasan bahwa di kost ini tata tertibnya agak ketat utamanya
dalam pengaturan kunjungan tamu-tamu yang berlainan jenis kelamin, merekapun
segera meminta izin untuk segera mencari tempat lain. Pernah juga di suatu
malam minggu datang sepasang muda-mudi yang ingin menginap semalam. Ketika
kutanyakan apa hbungan mereka, sang laki-laki menjawab bahwa yang bersamanya
itu adalah teman yang ingin bersama-sama menginap di Qatari kost.
Dengan tegas permintaan itu kutolak dengan mempersilahkan
mereka mencari tempat lain yang bisa lebih bebas. Aku melafalkan istigfar
berulang-ulang karena amat menyayangkan tingkah laku mereka khususnya sang
perempuan yang kelihatannya datang dengan memakai jilbab yang menggambarkan sebagai
seorang wanita sholihat tetapi kenapa mau bermalam sekamar dengan seorang
laki-laki yang bukan suaminya. Nauzubillahi min zalik.