2013/08/25

MENJELANG RAMADHAN 1434 H

MENJELANG RAMADHAN 1434 H
Entah mengapa malam ini mataku sulit sekali kupejamkan, walaupun malam telah beranjak larut. Kipas angin yang menggantung di dinding tepat di depan mataku berputar-putar tiada henti tetapi rasanya tidak mampu menghilangkan kegerahan yang meliputiku. Kuraih hp yang tergeletak di atas kasur dan mencoba menggunakannya sebagai kalkulator, ternyata hari ini adalah hari yang ke 257 sejak meninggalnya isteriku.   
Kucoba menelusuri kembali hari-hari sepi sejak kepergiannya. Hari-hari yang berlalu tanpa suara khasnya, suara yang amat kukenal dan bisa kutandai diantara ratusan bahkan ribuan suara manusia lainnya. Kadang-kadang muncul keinginan yang tidak masuk akal untuk mengharapkan wajahnya tiba-tiba muncul dari tengah-tengah kerumunan orang. Sekali waktu aku terkecoh di mall Panakkukang ketika dari jauh kulihat seorang wanita berkerudung merah berjalan disela-sela orang banyak tetapi setelah mendekat ternyata bukan. Yang kedua, ketika aku berada di bandara Internasional Dubai  ada seorang ibu yang mirip sekali dengan potongan dan gaya berpakaiannya tetapi ketika kudekati ternyata oranglain. Yah tidak mungkinlah.
Harapan untuk bertemu walaupun hanya dalam mimpi pernah juga terwujud tetapi sangat singkat sekali. Aku melihatnya duduk dalam suatu majelis seperti ruang  mesjid yang dipenuhi oleh kerumunan jamaah wanita yang berpakaian serba putih. Pakaian yang dipakainya juga  putih sekali. Aku berada di luar ruangan dan memanggil-manggilnya tetapi kelihatannya ia amat sibuk dan tidak mendengar suaraku, menoleh kepadaku walau sejenakpun dia tidak sempat. Aku terbangun dan termenung sejenak. Terfikir olehku bahwa mungkin dia sudah melupakan aku padahal aku menapak hari-hariku sekarang dengan sangat berat karena kerinduan, apalagi dalam semua benda, sudut, ruang serta aktifitasku  sehari-hari selalu terpateri bayangannya. Betullah apa yang berulang kali dikatakannya “Sunyitami itu daeng kalau saya sudah tidak ada”.
Ramadhan memang merupakan bulan yang penuh berkah sekalgus bulan yang penuh kenangan indah bersamanya. Terbayang ketika setiap malamnya ia bangun untuk menyiapkan sahur kami berdua walaupun dengan memaksakan diri karena didera rasa kantuk.
 Ia harus bangun karena suatu kewajiban sebagai seorang isteri , sedangkan aku masih keenakan tidur yang kemudian membangunkan aku untuk makan setelah semuanya siap terhidang di meja. Terkenang ketika ia sibuk menyiapkan buka puasa kami berupa kolak atau es buah yang selalu secara bergantian dihidangkannya sebagai sesuatu menu yang mutlak ada saat berbuka puasa.
Tetapi ramadhan kali ini merupakan ramadhan petama tanpa kehadirannya yang harus kuhadapi sendiri. Mampukah aku ??????????.
Tolonglah aku Tuhan.